Definisi konsepsional
kreatifitas : Sesuatu yang menggambarkan adanya hubungan antara konsep yang
khusus dengan konsep yang akan diteliti.
Definisi Operasional
Kreatifitas : Suatu kemampuan untuk melakukan berbagai hal dalam konsep
kreatifitas yang baru dan terus dikembangangkan baik dari dalam maupun dari
luar.
Definisi Kreatifitas
menurut Clark : Kreativitas merupakan ekspresi tertinggi keterbakatan dan
sifatnya terintergrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia yaitu
: berfikir, merasa, mengindrakan dan intuisi.
Teori Freud
Freud menjelaskan proses kretif dari mekanisme
pertahanan (defence mechanism). Freud percaya bahwa meskipun kebanyakan
mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme sublimasi justru
merupakan penyebab utama kreativitas karena kebutuhan seksual tidak dapat
dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan merupakan awal imajinasi.
Teori Ernest Kris
Ernst Kris (dalam Basuki, 2010) menekankan bahwa
mekanisme pertahanan regresi muncul seiring memunculkan tindakan kreatif. Orang
yang kreatif menurut teori ini adalah mereka yang paling mampu memanggil
pikiran tidak sadar.
Teori Carl Jung
Carl Jung (dalam Basuki, 2010) percaya bahwa alam
ketidaksadaran (ketidaksadaran kolektif) memainkan peranan yang amat penting
dalam pemunculan kreativitas tingkat tinggi. Dari ketidaksadaran kolektif ini
timbil penemuan, teori, seni dan karya‐karya
baru lainnya.
Teori Maslow
Abraham Maslow (dalam Basuki, 2010) berpendapat
bahwa manusia mempunyai naluri‐naluri
dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan yaitu kebutuhan fisik atau biologis,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan
cinta, kebutuhan akan penghagaan dan harga diri, kebutuhan aktualisasi atau
perwujudan diri.
Teori Rogers
Carl Rogers (dalam Basuki, 2010) tiga kondisi
internal dari pribadi yang kreatif yakni keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan
untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation),
kemampuan untuk bereksperimen. Ketiga ciri atau kondisi tersebut merupakan
dorongan dari dalam (internal press) untuk berkreasi.
Teori Cziksentmihalyi
Ciri tumbuhnya kreativitas pada individu yakni
Predisposisi genetis (genetic predisposition), mempunyai minat pada usia dini
pada ranah tertentu sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
Tugas :
1. INILAHCOM,
Bandung - Bagi kebanyakan, kaleng bekas minuman tidak memiliki arti usai
dikuras isinya. Tetapi di tangan Ujang 'Unyil' Mulyadin, kaleng bekas tersebut
menjadi sebuah karya kreatif.
Pria berusia 40 tahun ini membuat miniatur Vespa. Bahan dasarnya kaleng bekas minuman berbagai merek. Apapun minumannya, kalengnya menjadi sebuah miniatur Vespa unik nan cantik.
Di rumah yang menjadi workshop mininya, Ujang mengasah bakat kreatifnya. Berbekal perkakas semacam gunting, tang, lem, dan penggaris, minimal 6 kaleng minuman disulap menjadi miniatur Vespa.
Pria berusia 40 tahun ini membuat miniatur Vespa. Bahan dasarnya kaleng bekas minuman berbagai merek. Apapun minumannya, kalengnya menjadi sebuah miniatur Vespa unik nan cantik.
Di rumah yang menjadi workshop mininya, Ujang mengasah bakat kreatifnya. Berbekal perkakas semacam gunting, tang, lem, dan penggaris, minimal 6 kaleng minuman disulap menjadi miniatur Vespa.
Ditemui di
rumahnya di Jalan Ciparay No 196 RT 4/2 Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung
Kidul Kota Bandung, Jumat (3/4/2015), Ujang menuturkan awal ketertarikannya
pada miniatur Vespa.
"Saya belajar otodidak. Memang suka saja hal yang berbau seni. Sudah berbagai macam pekerjaan dicoba, tetapi balik lagi ke kerajinan atau pernak pernik," ujarnya.
Suatu waktu, Ujang melihat kumpulan kaleng bekas di sekitar rumahnya. Dia kumpulkan, lalu mengalir saja sampai akhirnya menjadi sebuah Vespa mini.
Beberapa teman memujinya, bahkan ada yang memesan. Dia pun mengulik keterampilan barunya itu, tetapi menjadi lebih detail supaya mirip dengan Vespa sebenarnya.
"Pas awal, saya bikinnya bisa seharian. Pikir-pikir capek. Lalu saya bikin pola dulu supaya cepat produksi. Bikinnya butuh kesabaran, jangan sampai jenuh. Kalau males bisa buntu," katanya.
Ujang memilih kaleng. Alasannya cukup sederhana, selain langka, kaleng lebih alami tanpa perlu sentuhan modern. Sementara kalau kayu memerlukan perkakas yang cukup mahal dan merepotkan.
Sebenarnya bukan hal susah bagi Ujang untuk membuat miniatur Vespa dari kayu. Sebelum memutuskan menjadi seniman kaleng, Ujang pernah bekerja di perusahaan pengolahan kayu. Bahkan dia pernah membuat wayang kayu.
"Dulu bikin dari kayu, tetapi distop. Dari kaleng itu langka yang buat. Kalau kayu terlalu umum. Ini alami tanpa mesin. Kalau kayu harus dibor, diampelas," tuturnya.
Untuk satu mainan Vespa, Ujang menghabiskan sekitar 4 sampai 6 kaleng minuman, tergantung besar kecilnya Vespa. Sehari, 10 miniatur Vespa digarapnya. Itu pun berkat pola yang sudah dibuatnya. Dulu, sehari hanya 2 Vespa mini yang bisa dibuatnya.
"Saya sengaja pengen nongol merek kalengnya. Satu Vespa bisa habis empat kaleng, Kalau yang besar, ada boncengannya, butuh enam kaleng. Ya ini dilakukan karena hobi. Lihat warna dan bentuk, saya buat. Saya tambahin per supaya terlihat hidup. Misalnya ketiup angin digeboy," kata Ujang sambil tertawa.
"Saya belajar otodidak. Memang suka saja hal yang berbau seni. Sudah berbagai macam pekerjaan dicoba, tetapi balik lagi ke kerajinan atau pernak pernik," ujarnya.
Suatu waktu, Ujang melihat kumpulan kaleng bekas di sekitar rumahnya. Dia kumpulkan, lalu mengalir saja sampai akhirnya menjadi sebuah Vespa mini.
Beberapa teman memujinya, bahkan ada yang memesan. Dia pun mengulik keterampilan barunya itu, tetapi menjadi lebih detail supaya mirip dengan Vespa sebenarnya.
"Pas awal, saya bikinnya bisa seharian. Pikir-pikir capek. Lalu saya bikin pola dulu supaya cepat produksi. Bikinnya butuh kesabaran, jangan sampai jenuh. Kalau males bisa buntu," katanya.
Ujang memilih kaleng. Alasannya cukup sederhana, selain langka, kaleng lebih alami tanpa perlu sentuhan modern. Sementara kalau kayu memerlukan perkakas yang cukup mahal dan merepotkan.
Sebenarnya bukan hal susah bagi Ujang untuk membuat miniatur Vespa dari kayu. Sebelum memutuskan menjadi seniman kaleng, Ujang pernah bekerja di perusahaan pengolahan kayu. Bahkan dia pernah membuat wayang kayu.
"Dulu bikin dari kayu, tetapi distop. Dari kaleng itu langka yang buat. Kalau kayu terlalu umum. Ini alami tanpa mesin. Kalau kayu harus dibor, diampelas," tuturnya.
Untuk satu mainan Vespa, Ujang menghabiskan sekitar 4 sampai 6 kaleng minuman, tergantung besar kecilnya Vespa. Sehari, 10 miniatur Vespa digarapnya. Itu pun berkat pola yang sudah dibuatnya. Dulu, sehari hanya 2 Vespa mini yang bisa dibuatnya.
"Saya sengaja pengen nongol merek kalengnya. Satu Vespa bisa habis empat kaleng, Kalau yang besar, ada boncengannya, butuh enam kaleng. Ya ini dilakukan karena hobi. Lihat warna dan bentuk, saya buat. Saya tambahin per supaya terlihat hidup. Misalnya ketiup angin digeboy," kata Ujang sambil tertawa.
Kesimpulan
:
Produk
kreatifitas yang di buat sangat menarik, karena menggunakan limbah non organik
yang tidak bisa di daur ulang. Sehingga
dapat menambah nilai jual dari barang yg tadinya hanya di lihat sebagai
"Sampah" menjadi sebuah souvenir yang memiliki nilai jualnya sangat
tinggi.
2. Karena cara kerja otak perempuan dan laki-laki
memang tidak sama. otak kiri berperan dalam cara berfikir anak perempuan dan
laki-laki justru lebih mengandalkan otak kanan yang spesifikasinya lebih ke
kreatif sama ke bagian kreatifitas. Anak laki-laki pada umumnya lebih di
prioritaskan untuk mandiri dibandingkan dengan anak perempuan.
Sumber :
http://heru.staff.gunadarma.ac.id/Downloads
http://tri_maryani.staff.gunadarma.ac.id/Downloads
http://www.inilahkoran.com/read/detail/2192668/ujang-unyil-sulap-kaleng-bekas-minuman-jadi-vespa
0 komentar:
Posting Komentar
Koment dengan user Annonymous tidak akan saya balas , Terima kasih atas perhatiannya..